Wednesday, November 6, 2019

Konsumsi Energi Teknologi Informasi

Budi Rahardjo
Salah satu komponen penting dari pemanfaatan teknologi informasi adalah catudaya. Sumber utama daya dari perangkat teknologi informasi adalah listrik. Tanpa listrik, banyak aplikasi dan perangkat teknologi informasi yang tidak bisa berfungsi. Padahal kita sudah terlalu bergantung kepada aplikasi yang berbasis teknologi informasi. 
Komputer di atas meja kita hampir pasti menggunakan listrik. Notebookpun, meskipun menggunakan baterai dalam operasi normalnya, tetap menggunakan listrik untuk mengisi baterainya. Handphone yang kita gunakan sehari-hari memiliki pola yang sama dengan notebook. Baterainya tetap harus diisi dengan menggunakan listrik. Memang ada cara lain untuk mengisi baterainya, seperti melalui koneksi USB atau lighter di mobil atau bahkan dengan menggenjot sepeda, tetapi umumnya tetap listrik yang menjadi sumber utama. 
Nah, sekarang Indonesia mengalami krisis energi. Pasokan listrik yang tersedia jumlahnya terbatas dan lambat untuk bertambah. Padahal perangkat elektronik yang membutuhkan listrik semakin cepat pertambahannya. Lihat saja jumlah penjualan handphone, pemutar MP3, kamera digital, dan bahkan peralatanrumah tangga (seperti pemanas nasi dan lemari es) serta peralatan hiburan (game console, entertainment set). 
Akibat dari ini semua sudah dapat dipastikan, yaitu adanya kekurangan energi atau krisis energi. Penyedia layanan listrik terpaksa memberlakukan pemadaman listrik secara bergilir. Ah, ini seperti Indonesia di tahun 70-an. 
Saya belum berbicara mengenai kebutuhan listrik untuk keperluan produksi dan usaha. Usaha yang menggunakan teknologi informasi tentu saja sangat membutuhkan pasokan listrik. Bisa Anda bayangkan kesulitan dari sebuah pengembang perangkat lunak (software house) apabila ketersediaan listrik tidak dapat dipastikan. Ketika sedang adaskejar tayang, listrik mati. Waduh, saya khawatir industri perangkat lunak akan kesulitan untuk berkembang jika kondisi kekurangan listrik ini tetap berlangsung. 
Beberapa tahun yang lalu, saya terlibat dalam sebuah diskusi mengenai kebutuhan energi di China. Pada waktu itu sudah diprediksi bahwa industri teknologi informasi di China akan maju. Sudah dapat dipastikan bahwa mereka akan membutuhkan listrik (dan energi secara umum) dalam jumlah yang besar. Kekhawatiran (dari negara Barat) pada waktu itu adalah China akan berusaha keras untuk memenuhi kebutuhan energi tersebut dengan cara apapun, termasuk mengembangkan pembangkit listrik tenaga nuklir dengan sembrono (mungkin ini ketakutan yang berlebihan?). 
Diskusi waktu itu berkembang ke arah bagaimana menghasilkan energi dengan skala kecil (level rumah) dan bagaimana menghasilkan perangkat teknologi informasi yang hemat energi. Yang pertama, kita tampaknya tidak bisa mengandalkan tersediana listrik dari satu sumber. Yang kedua masih banyak perangkat teknologi informasi yang seharusnya bisa dibuat lebih efisien dalam menggunakan listrik. Kedua pendekatan tersebut harus dilakukan mengingat akan ada lonjakan kebutuhan listrik dengan semakin bergantungnya kita kepada produk teknologi informasi. Untuk itu, disepakati untuk nendukung penelitian yang mengarah ke sana. Nah, sekarang saya masih merenung tentang bagaimana menyikapi giliran pemadaman listrik di rumah.

BERITA LENGKAP DI HALAMAN BERIKUTNYA

Halaman Berikutnya